
Di mata orang-orang penikmat kesuksesan dengan motto: "Keluar Dari Zona Nyaman", kerja keras itu memang membanggakan. Semakin sulit tingkat mencari uang semakin bangga rasanya. Kerja keras tak hanya banting tulang tapi juga banting pikiran. Karena dengan hanya banting tulang tanpa otak tak kan ada perubahan, begitu kata mereka. Dan dari peluh dan kristalisasi keringat tercurahlah yang namanya kesuksesan.
Tidak ada yang salah dengan prinsip seperti itu. Semua orang mengiyakan, dari kalangan agamis apalagi kapitalis.
Hanya saja di kalangan kapitalis, kerja keras itu diatas segalanya, faktor keimanan itu nomor delapan belas.
Begitulah adanya!
Namun tak terbantahkan juga kalau untuk menjadi sukses dan kaya itu tidak gampang. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak orang sudah bekerja keras bertahun-tahun tapi belum juga kaya, sudah begitu masih dicap bodoh lagi oleh orang-orang sukses. Iya, bodoh, kerja keras harus pake otak bukan hanya pakai tenaga kata mereka.
Sekalipun ada banyak tips/trik/tutorial dan nasehat untuk menjadi kaya, belum tentu bisa meraih kekayaan. Apalagi ditambah perekonomian negeri yang tak mendukung. Alasan ini mungkin dikesampingkan, karena orang-orang pemikiran kapitalis tak mau tahu kalau negeri ini selain susah cari pekerjaan, juga susah untuk berniaga/berdagang.
Orang, insyaAllah bisa jadi orang shaleh kalau dia mau bersungguh-sungguh, cukup beribadah dan dekat kepadaNya. Tapi kalau mau jadi kaya tidak cukup hanya bersungguh-sungguh, ada faktor-faktor lain yang harus dipenuhi, dan tidak semua orang bisa memenuhi faktor x ini.
Anda lihat ada orang menjual minyak wangi terus bisa jadi kaya. Lantas anda terobsesi ingin mengikuti jejak langkahnya berjualan minyak wangi. Bisakah anda kaya seperti dia? Belum tentu? Kenapa? Situasi dan kondisi tidak mungkin 100% sama. Mental anda juga tidak sama dengan dia.
Terus apakah orang yang mentalnya ga bisa menyamai orang kaya tersebut, maka dia bodoh...???
Ya belum tentu juga, itu namanya menuduh dengan ekstrim. Defenisi bodoh itu apa? Apa bodoh itu karena ga bisa sukses? Terus kalau ada orang hijrah dari buruk ke baik, hijrah dari jalan dosa ke jalan agama, tapi dia ga bisa jadi orang kaya, apa dia termasuk bodoh?
Kenapa ga coba mengikuti mental orang sukses/kaya tersebut?
Ya boleh aja mengikutinya, tapi seperti yang saya bilang tadi, belum tentu bisa. Ga semua orang bisa seperti itu. Dan ga harus, ga musti, ga wajib hukumnya..!!!
Begini lho ya, setiap manusia itu terlahir berbeda-beda karakter dan pembawaannya, ada yang cerdas, ada yang tidak. Ada yang introvert ada yang extrovert. Ada yang mudah menangkap semua pelajaran, ada juga (maaf) lelet, ga konek.
Nah melihat fakta ini bisakah anda memaksakan mental orang sukses/kaya tadi ke orang lain?
Jawabnya bisa, bagi yang mampu menerima. Tak bisa bagi yang tak sanggup.
Setiap orang berbeda-beda keyakinan hidupnya. Ada yang nyaman dengan kesederhanaan. Berapa pun rezeki yang dikasih Allah dia terima, dia syukuri. Dia hanya mampu bekerja keras sesanggup dia bisa tapi otaknya tak mampu untuk lebih dari itu. Tak salah kalau bekerja itu baginya harus dengan kenyamanan dan fikiran yang tenang.
Ada juga orang yang nyaman dengan ketidaknyamanan. Dia ga cukup dengan kesederhanaan, obsesinya melambung tinggi. Dia mampu bekerja keras tidak hanya dengan fisik tapi juga dengan otak. Tekanan demi tekanan dia mampu menghadapi. Tak salah kalau bagi orang seperti ini mampu bekerja di zona tak nyaman yang penuh tantangan dan tekanan.
Atas dasar alasan inilah makanya jangan lagi memaksakan nasehat-nasehat yang berlabel motifasi itu ke orang lain.
Para motifator atau orang-orang sukses biasanya selalu menggurui/memaksakan petuah-petuahnya ke orang lain dengan kata-kata: "TAK ADA YANG TAK BISA, AYO KAMU BISA!"
Orang yang sudah terkapar ente paksa juga dengan cara ente.
Motifasimu bisa membawa semangat bagi orang, tapi juga bisa membawa asa orang turun di level nol. Kalau ingin memotifasi maka lakukanlah dengan hikmah, bukan cuma sekedar semangat yang meletup-letup tapi faktanya menggurui.
Kalau mau motifasi dan sukses, pandang saja orang tuamu, lihat pengorbanannya, minta restu dan doanya. Atau sayangi istrimu, cium keningnya, minta doa darinya juga. Dan ini yang paling penting, dekat sama Allah, berdoa kepadanya. Ini lebih adem dan bikin semangat. Dari pada dengerin petuah-petuah basi dari orang-oramg kaya dan para motifator yang bikin sakit mata dan telinga.
Itu...... (sambil mengacungkan jari telunjuk ke depan)
Post a Comment
Post a Comment